Minggu, 07 Oktober 2012

Membaca


A.    Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki gudang ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi berbagai aktifitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari. (Amir, 1996:26).
Pembelajaran membaca memang mempunyai peranan penting sebab melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kualitas anak didik. (Akhadiah, 1992:29). Membaca bukanlah sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan rangkaian kata-kata atau kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak, melainkan lebih dari itu. Tingkatan membaca seperti itu tergolong jenis membaca permulaan. Pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran membaca permulaan (tahap awal). Kemampuan membaca yang diperoleh siswa kelas I dan kelas II akan menjadi dasar pembelajaran membaca lanjut. Oleh sebab itu pembaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru supaya dapat memberikan dasar yang kuat, sehingga pada tahap membaca lanjut siswa sudah memiliki kemampuan membaca yang memadai. Di sekolah dasar membaca dan menulis merupakan faktor utama yang perlu dilatih dari dini. Dengan membaca dan menulis kita bisa mengikuti perkembangan pembelajaran di segala bidang. Tidak hanya dalam pembelajaran bahasa saja.

B.     Pengertian Membaca
Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami dan memikirkan. (Yasin Burhan, 1971:90). Membaca adalah suatu  proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. (H.G. Taringan, 1985:7).
Semua pengertian di atas benar, hanya masalahnya dari sudut manakah kita memandang dan dalam konteks apa. Membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata tanpa harus memahami naskah dinamakan membaca permulaan. Membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut. Jadi muara akhir kegiatan membaca adalah memahami ide atau gagasan yang terkuat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. Dengan demikian pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur. Selain fakta penangkapan dan pemahaman, membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan. Idealnya, kita bisa membaca dalam waktu yang singkat untuk bahan relatif banyak, dengan tingkat pemahaman yang tinggi dan selaras dengan maksud penulis. Aktifitas membaca membutuhkan pula kompetensi / kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas. Faktor-faktor yang mendasar tadi, tidak bersifat statis melainkan menulis harus semakin bertambah karena kegiatan membaca, disamping lantaran aktifitas yang lain. Pada saat kita aktif membaca, referen kehidupan, intelektualitas dan khazanah kata, kita pun meningkat artinya semakin aktif kita membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang kita dapatkan.

C.     Hambatan-hambatan dalam Membaca
Membaca memiliki hambatan-hambatannya seperti dikemukakan Johnson dan Pearson bahwa yang mempengaruhi komperhensi membaca dapat berasa dari dua macam, yaitu dari dalam pembaca dan dari luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari yaitu; meliputi kesulitan teks, organisasi teks, susunan tulisan, dan suasana lingkungan,
            Berdasarkan riset para pakar membaca dalam kaitannya dengan kegiatan belajar membaca, dikemukakan oleh Harras dan Sulistiyaningsih (1997/1998;1.18-1.19). Kemamuan membaca ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Maksudnya, kemampuan membaca dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca.
            Menurut Ebel (1972: 35) berpendapat bahwa yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemempuan membaca bacaan yang dapat dicapai siswa dipengaruhi faktor-faktor berikut: (1) kondisi siswa yang bersangkutan, (2) kondisi keluarganya, (3) kebudayaannya,(4) situasi sekolah. Sedangkan Alexander (1983;146) berpendapat bahwa fakor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca meliputi: program pembelajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan siswa, dan lingkungan sosial ekonomi mereka.
D.    Jenis-jenis Membaca
Berdasarkan cara membaca, membaca dibedakan menjadi:
1.                  Membaca Bersuara (membaca nyaring).
            Yaitu membaca yang dilakukan dengan bersuara, biasanya dilakukan oleh kelas tinggi. Sebenarnya apabila kita berpegang pada batasan-batasan tentang membaca, semua perbuatan membaca tentu saja kedengaran orang lain. Perbedaannya terletak pada persoalan berapa jauh suara bacaan dapat didengar orang lain. Pelaksanaan membaca keras bagi siswa Sekolah Dasar dilakukan seperti berikut:
        Membaca Klasikal
        Yaitu membaca yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelas. Membaca klasikal biasa dilaksanakan di kelas I. Dengan tujuan supaya anak yang belum lancar membaca bisa menirukannya lebih dahulu.
        Membaca Berkelompok
        Yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok siswa dalam satu kelas. Biasanya dilakukan secara berderet. Satu deret dijadikan satu kelompok. Dengan membaca kelompok guru dapat memperhatikan lebih serius (khusus) anak-anak yang sudah lancar membaca ataupun yang belum lancar membaca. Bagi anak-anak yang belum lancar membaca biasanya cenderung diam.
        Membaca Perorangan
        Yaitu membaca yang dilakukan secara individu. Membaca perorangan diperlukan keberanian siswa dan mudah dikontrol oleh guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian.
2.                  Membaca dalam Hati
            Membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan kata-kata atau suara. Dengan membaca dalam hati siswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga lebih dapat memahami isi yang terkandung dalam sebuah bacaan. Membaca dalam hati sebenarnya membaca bagi orang dewasa atau orang tua. Tidak semua siawa SD dapat membaca dalam hati. Membaca dalam hati siswa SD tetap dilakukan dengan membaca bersuara atau membaca secara berbisik-bisik. Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna. Khusus kelas I dan kelas II tidak ada pembelajaran membaca dalam hati. Kelas III-IV dapat dilatih membaca dengan suara bisik-bisik. Sedang kelas V-VI dapat membaca dalam hati secara lebih baik.
3.                  Membaca teknik
            Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras. Pembelajaran membaca teknik meliputi pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Membaca teknik lebih formal, mementingkan kebenaran pembaca serta ketepatan intonasi dan jeda. Dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan membaca teknikser langsung memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman, ceramah, berpidato, dsb. ( Amin ; 1996 : 28 ). Latihan-latihan yang diperlukan diantaranya :
        Latihan membaca di tempat duduk.
        Latihan membaca di depan kelas.
        Latihan membaca di mimbar.
        Latihan membacakan. ( Depdiknas ; 2002 : 44 )
Untuk itu jenis-jenis membaca yang perlu dikembangkan di dunia pendidikan berdasarkan tekniknya adalah :
        Membaca intensif
        Membaca intensif menitik beratkan pada persoalan pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ide penjelas. Pada umumnya menggunakan objek kajian karya-karya ilmiah seperti buku pelajaran perkuliahan, hanya analisis, dsb. ( Amin ; 1996 : 27 ).
        Membaca kritis
        Membaca krirtis merupakan tahapan lebih jauh dari pada membaca intensif. Hal ini karena ide-ide buku yang telah dipahami secara baik dan detail, perlu respons (ditanggapi/dikomentari), bahkan dianalisis. Membaca kritis mensyaratkan pembacanya bersikap cermat, teliti, korektif, bisa menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam teks, baik dilihat dari sudut isi maupun bahasanya, serta mampu pula membetulkan kesalahan-kesalahan itu. Membaca kritis sangat dibutuhkan sebagian landasan dan untuk kepentingan penulisan resensi buku, kritik sastra, analisis bacaan ilmiah dan sastra serta pembuatan mamakalah banding. Objek kajian membaca kritis tidak terbatas pada karya-karya ilmiah saja, buku-buku sastrapun dapat digunakannya. Pembaca kritis diminta menegakkan sikap objektif dan sportivitas serta cukup punya keterbukaan dan kedinamisan. ( Amin ; 1996 : 27 ).
        Membaca cepat
        Membaca cepat penting kita kuasai berkenaan dengan perolehan informasi-informasi keseharian. Membaca cepat dilaksanakan secara zig-zag atau vertical, punya prinsip melaju keras. Membaca cepat hanya mementingkan kata-kata kunci atau hal-hal yang penting saja, ditempuh dengan jalan melompat kata-kata dan ide penjelas.
        Membaca apresiatif dan membaca estetis
        Dua kegiatan membaca ini agak bersifat khusus karena berhubungan dengan nilai-nilai efektif dan faktor intensis/perasaan. Objek kajiannya terutama hanya sastra serta bacaan-bacaan lain yang ditulis dengan bahasa yang indah. Tujuannya adalah pembinaan sikap apresiatif, suatu penghayatan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kaindahan dan nilai-nilai kejiwaan (spiritual). Merekapun demikian, faktor pemahaman makna teks juga tidak boleh diabaikan sebab hakikat membaca memanglah memahami maksud yang terkandung dalam naskah.

E.                 Tujuan Membaca
Menurut kurikulum 1994 tujuan membaca yaitu :
1.                  Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak langsung.
2.                  Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri.
3.                  Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan utama ( Depdiknas ; 1994 : 18 ).

Jadi tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh, baik dalam bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi yang disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis.

F.                  Fungsi Membaca
Kegiata membaca yang merupakan jantungnya pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut:
1.                  Fungsi Intelektual
Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contoh : membaca buku-buku pelajaran, karya-karya ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dll. (Amir, 1996:4)
2.                  Fungsi Pemacu Kreatifitas
Hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilihan kosa kata. Contoh : buku ilmiah, bacaan sastra, dll.
3.                  Fungsi Praktis
Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misal: teknik memotret, teknik memelihara ikan lele, resep membuat minuman dan makanan, cara merawat tanaman, dll.
4.                  Fungsi Religius
Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
5.                  Fungsi Informatif
Dengan banyak membaca bacaan, informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh: dengan membaca majalah dan Koran dapat kita peroleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
6.                  Fungsi Rekreatif
Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contoh: bacaan-bacaan ringan, novel-novel, cerita humor, fariabel karya sastra, dll.
7.                   Fungsi Sosial
Kegiatan membaca mempunyai fungsi social yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contoh: pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dll.
8.                   Fungsi Pembunuh Sepi
Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contoh: membaca majalah, surat kabar, dll. (Amir, 1996:5)

G.                Manfaat Membaca
Selain fungsi tersebut diatas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain:
1.    Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2.    Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan.
3.    Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.
4.    Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.
5.    Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6.    Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.
7.    Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8.    Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi, dll. (Amir, 1996: 6)

Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Emerson, seorang filosof kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar) dapat membiasakan diri sebagai pembaca yang baik. Dengan kebiasaan itu seseorang dapat menimba berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral, peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari pembacaan buku-buku besar. engan demikian semakin aktif seseorang membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak terpenjara dalam dunianya.

H.    Pendekatan Mengajar
Syafi'ie (1993) menjelaskan bahwa istilah pendekatan dalam pengajar bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa berfungsi sebagai landasan dan prinsip pengajaran bahasa. Setiap pendekatan dalam pengajaran bahasa mempunyai karakteristik tertentu seperti dijelaskan berikut ini.
1. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarhkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi'ie, 1993). Lebih lanjut Syafi'ie(1993) menjelaskan bahwa karakteristik pendekatan komunikatif adalah (1) kompetensi komunikatif lebih bersifat dinamis daripada statis,(2) kompentensi komunikasi bersifat kontekstual, (3) kompetensi komunikasi bersifat relatif,bergantung pada aspek-aspek lain yang terkait, baik yang bersifat internal maupun eksternal,dan (4) kompetensi komunikasi berkaitan dengan dikotomi kompetensi kebahasan dan kompetensi performasi.
Kompenen komunikasi itu meliputi unsur pelaku komunikasi, cara berkomunikasi, waktu komunikasi, tempat komunikasi, dan lain-lain (Djiwandono, 1996).
2. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Syafi'ie (1993) mengartikan pendektan CBSA sebagi kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses pengajaran. Mulai dari penyusunan perencanaan pengajaran penyajian pelajaran, sampai dengan penilaian.
Penggunaan pendekatan CBSA dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar membaca bisa dilihat pada contoh berikut. Seorang ingin mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Disamping mampu lebih cepat menangkap pesan yang terdapat secara keseluruhan dari buku tersebut, siswa yang aktif belajar juga harus menguasai cara-cara membaca yang semakin lama semakin efektif. Pembaca yang baik menguasai teknik-teknik membaca yang sesuai dengan kegiatan membaca yang diinginkan.
3. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Misalnya, antara keterampilan menyimak dengan berbicara tidak mungkin dipisahkan dalam suatu kegiatan belajar mengajar, begitu juga dengan secara terpadu bisa berupa perpaduan antar kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak.
Sehubungan dengan pendapat Tchudi (1994), Pappas,dkk. (1990) mengemukakan bahwa pada kelas bahasa yang terintegrasi, kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarkan secara integrasi. Sebenarnya, anak-anak yang menggunakan bahasa autentik dikelas berarti mereka menggunakan bahasa secara terpadu.
Integrasi dimaksudkan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sehingga siswa bisa melihat koneksi yang alami di antara berbagai bentuk bahasa ketika mereka belajar untuk mencapai suatu tujuan. Selama periode waktu tertentu siswa mungkin melakukan berbagai kegiatan berbahasa misalny menanggapi cerita secara kreatif, menyiapkan majalah dinding, atau mengumpulkan tugas ringakasan cerita dan tugas menulis menjadi menjadi satu buku.
4. Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Pendekatan kooperatif yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD.

I.                   Strategi Pemahaman Bacaan
1.      Strategi Bawah-Atas
Dalam strategi bawah-atas pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran kebahsaan yang paling rendah menuju ke yang paling tinggi. Strategi pemahaman Bawah-atas umumnya digubakan dalam pembelajaran membaca awal. Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks yang dihadapi agak sulit. Seorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi frasa, selanjutnya pemahaman atas frasa itu digunakan untuk memahami kalimat, dan isi keesluruhan teks.
2.      Strategi Atas-Bawah
Strategi membaca atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan pediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks (Long & Richards,1987).

3.      Metode strategi Campuran
Klein,dkk (1991:15) mengemukakan bahwa guru yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teoritis dan model pengajaran membaca.
4.      Metode Strategi Interaktif
Menurut teori skema, suatu teks hanya menyediakan arahan bagi pemaca dan pembaca seharusnya menemukan dan membangun sendiri makna teks berdasarkan pengetahuan awal mereka. Pengetahuan yang telah dimiliki pembaca atau yang mereka terima sebelumnya disebut latar belakan pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan awal tersebut disebut skemata (Rubin,1993; Gillet& Temple, 1994; Burns dkk.,1996). Menurut teori skema, memahami sesuatu teks merupakan suatu proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman yang efisien mempersyaratkan kemampuan pembaca menhubungkan materi teks dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang dibacanya.
5.      Strategi KWL (Know-Want to Know-Learned)
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikab suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya.
            Langkah pertama, apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik. Pada tahap kedua, What I want to Learn (W), guru menuntun siswa menyusun tuuan khusus membaca. Dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidakjelasan, yang ditimbulakan selama langkah pertama, guru memformulasikan kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Langkah ketiga , What I have Learned(L) terjadi setelah membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman.
6.      Strategi DRTA
DRTA (Direct Reading Thingking Activity) mengemukan bahwa istilah DRTA merupakan satu kritikan terhadap penggunaan strategi DRA. Strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum Guru mengamati anak-anak ketika mereka membaca, dalam rangka mendiagnosis kesulitan dan menawarkan bantuan ketika siswa sulit berinteraksi dengan bahan bacaan. menentukkan, memperluas, dan menemukan seperangkat tujuan membaca.
7. Strategi DRA
Strategi DRA( Directed Reading Activity) dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungakan berbagai pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman.  
Strategi DRA didefinisikan sebagai kerangka berpikr untuk merencanakan pembelajarn membaca suatu meta pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran da kemahiraksaraan sebagai alat belajar (Eanes 1997).

J.       Meningkatkan Keterampilan Membaca
Guru merupakan pihak yang paling penting dalam dunia pendidikan. Karena guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan siswa. Begitu pula dalam kaitannya dengan keterampilan membaca siswa. Guru harus mampu membimbing dan mengembangkan keterampilan membaca siswa. Karena membaca merupakan satu keterampilan yang komplek dan membutuhkan ketekunan untuk menguasainya.
Sikap dan minat merupakan unsur kunci motivasi. Guru perlu memikirkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien untuk membantu siswa memahami dan menghargai cara belajar secara individu, potensi belajar, dan kemampuan menguasai keterampilan membaca. Wardani (1999) mengemukakan bahwa asa beberapa indikator yang mengacu kepada kepada kemampuan guru untuk mengelola berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan kegemaran membaca. Indikator itu adalah sebagai berikut.
a.                   Guru menganjurkan siswa untuk membaca buku.
b.                  Guru menceritakan satu kejadian yang dibaca dari berbagai sumber sebagai titik tolak pembelajaran.
c.                   Guru meminta siswa menceritakan peristiwa yang pernah mereka baca.
d.                  Memberi siswa tugas membaca secara berkesinambungan.

K.                Pelaksanaan Pembelajaran Membaca
A.       Kegiatan Prabaca
Adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif.
Gruber (1993) mengemukakan beberapa teknik untuk mengaktifkan skemata siswa:
1.                  Guru membaca judul bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang menceritakan tentang para pelaku, tokoh, dan akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita.
2.                  Membaca nyaring beberapa halaman dari sebuah buku, kemudian suruh siswa memprediksi isi cerita.
3.                  Menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran seperti menggunakan media suara yang bervariasi, gerakan tangan, ekspresi wajah, dan sebagainya. 
B.       Kegiatan Saat Baca
Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Hasil penelitian Garner dan Krauss (1981-1982) yang dikutip oleh Crawley dan Mountain (1995) menemukan bahwa terdapat perbedaan pandangan terhadap membaca antara pembaca yang baik dengan pembaca yang lemah. Pembaca yang baik memandang membaca sebagai suatu proses mengembangkan pemahaman. Sebagai pembaca yang efektif, mereka memandang membaca sebagai suatu kegiatan untuk mendapatkan gagasan, menggambarkan sesuatu dalam pikiran mereka, memahami sesuatu yang sedang dibaca, dan memahami bahan-bahan bacaan yang penting. Sebaliknya, pembaca yang lemah memandang membaca sebagai kerja keras untuk memahami makna semua kata, mempelajari kata-kata baru, dan menemukan kata-kata tersebut dengan baik. Dengan kata lain, pembaca yang baik memandang membaca sebagai proses memahami, namun pembaca yang lemah memandang membaca sebagai kegiatan yang mekanis.
Rubin (1993) menjelaskan bahwa secara literal (harfiah), metakognisi ialah kegiatan berpikir kritis, yang merujuk pada pengetahuan siswa tentang proses kognitif mereka sendiri. Apabila diaplikasikan pada membaca, pembaca merupakan pembelajar yang aktif dan konsumen informasi.
Palinscar dan Brown (dalam Burns dkk, 1996) mengemukakan bahwa pengajaran resiprokal merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman dan memonitor pemahaman siswa. Dalam teknik ini, guru dan siswa bergiliran menjadi “guru” untuk mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan. Hal ini dimaksudkan agar:
1.                  Siswa dapat memprediksi jawaban pertanyaan sesuai dengan tujuan membaca dan mengetes ketepatan prediksi mereka.
2.                  Siswa menyusun pertanyaan untuk mengetes informasi yang diperolehnya dan bekerja secara kelompok.
3.                  Siswa membuat ringkasan bacaan secara kelompok.
4.                  Siswa mengklarifikasi informasi yang diperoleh dan menemukan alasan mengapa materi itu sukar dipahami.
Terkait pendapat Palinscar dan Brown, Gruber (1993) menyarankan beberapa kegiatan berikut.
1.                  Menyimak dan mengurutkan kembali cerita yang dibacakan guru.
2.                  Menyimak kemudian menuliskan kembali isi cerita.
3.                  Memahami karya sastra.
4.                  Mengapresiasi, menyenangi karya sastra, dan memahami dialog yang terdapat di dalamnya.
C.       Kegiatan Pascabaca
Kegiatan ini digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimiliki sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang tinggi. Strategi yang dapat digunakan adalah belajar mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan presentasi visual.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar